Kamis, 27 Oktober 2011

Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation)

Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv. Stahl (1999: 257-258) menyebutkan bahwa:
 group investigationin particular encourages students’ initiative and responsibility for their work, as individuals, as members of study groups, and as members of an entire class. The investigation combines independent study as weel as work in pairs and in small groups (from three to five students). When they complete their search, groups integrate and summarize their findings and decide how to present the essence of their work to their classmates.
Makna dari pendapat Stahl di atas menyatakan bahwa dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam kelompok. Setiap kelompok investigasi terdiri dari 3-5 orang, dan akhirnya siswa dapat menggabungkan, mempersentasikan dan mengikhtisarkan jawaban mereka.
Pelaksanaan investigasi kelompok menurut Stahl (1999: 265-266) dapat dilakukan dengan:
 chosing the problem to investigate, preparing for a group investigation task, and introducing the project, sedangkan guru dapat berperan dalam guiding the students and facilitating the process of investigation and helping maintain cooperative norms of behavior. 
    
Pernyataan di atas mengandung makna bahwa pelaksanaan investigasi kelompok dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu memilih persoalan untuk diivestigasi, menyiapkan tugas investigasi kelompok dan memperkenalkan proyek yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Sedangkan peran guru selama pembelajaran investigasi kelompok adalah: membimbing siswa dan memfasilitasi proses investigasi dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif.
Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam implementasi teknik group investigation dapat dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah: 1) identifying the topic and organizing pupils into groups, 2) planning the learning task, 3) carring out the investigation, 4) preparing a final report, 5) presenting the final report, and 6) evaluation. Dengan melihat tahapan tersebut, maka pembelajaran dengan teknik group investigation berawal dari mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi.
Dari uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa dalam group investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.
a)      Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan mengkategotikan saran-saran.
b)      Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih.
c)      Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat homogen.
d)     Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
2.      Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari, bagaiman memepelajarinya dan pembagian tugas .
3.      Melaksanakan investigasi
a)      Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat kesimpulan
b)      Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
c)      Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan.
4.      Menyiapkan laporan akhir
a)    Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka
b)   Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaiman mereka membuat pesentasinya.
c)    Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
5.      Mempresentasikan laporan akhir
a)    Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk
b)   Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif
c)    Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
6.      Evaluasi
a)    Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik tersebut.
b)   Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c)    Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
d)   Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para siswa merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan dan memetakan langkah-langkah yang telah mereka terapkan dalam pembelajaran mereka.
         Slavin (1995: 113-114) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi siswa dapat:
students gather information, analyze the data and reach conclusions, 2) each group member contributes to the group effort, and 3) students exchange discuss clarify, and synthesize ideas. Dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan adalah:1) group members determine the essential message of their project, 2) group members plan what they will report and how they will make their presentation and 3) group representatives form a steering committee to coordinate plans for the presentation.  Pada tahap mempersentasekan laporan akhir yang harus dipehatikan adalah the presentation is made to the entire class in a variety of forms, part of the presentation should actively involve the audience, and the audience evaluates the clarity and appeal of presentation according to criteria determined in advance by the whole class. Sedangkan dalam evaluasi, aktifitas siswa adalah students share feedback about the topik, about the work they did, and about their effective experiences (1) teachers and pupils collaborate in evaluating student learning, and (3) assessment of learning should evaluate higher-level thinking.
Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat simpulan, setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan siswa adalah nggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok membentuk sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi. Dalam mempersentasikan laporan akhir, persentase harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif dan pendengar menevaluasi berdasrakan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi, siswa saling memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam mengevaluasi pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran yang paling tinggi

Pembelajaran Kooperatif dengan tipe TA

Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran dengan kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami suatu konsep matematika. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika. Matematika TAI (Team Accelarate Instruction) di prakarsai sebagai usaha  merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif (Slavin, 1995: 98). Dalam TAI Siswa bekerja sama antar kelompok dalam usaha memecahkan masalah. Dengan demikian dapat memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk dapat meningkatkan kemampuannya karena termotivasi oleh siswa lain yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Diharapkan partisipasi siswa dalam pembelajaran  matematika akan meningkat sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Slavin (1995: 98) mengatakan bahwa “TAI math began as an attemt to design a form of individualized instruction that would solve the problems that had made earlier individualized programs ineffective”. Yang maknanya adalah matematika TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif. Dengan membuat siswa bekerja dalam tim-tim kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapai masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari pengajaran langsung kepada sekolompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim siswa yang heterogen.
Adapun TAI menurut Slavin (1995: 7) adalah sebagai berikut :
however, the individualization that is part of TAI makes it quite different from STAD and TGT. In mathematics, most concepts buld on earlier one. If the earlier concept were not mastered the later ones will be difficult or imposible to learn; a student who cannot substract or multiply will be unable to master on division, a student who does not understand fractional concept will be unable to understand what a decimal is, and so on. In TAI, student work at their own levels, so if they lack prerequisite skills they can build a strong foundation before going on. Also, if student can progress more rapidly, they need not wait for the rest of the class.
Bagaimanapun, individualisasi adalah bagian dari TAI yang membuatnya berbeda dari STAD dan TGT. Dalam matematika, kebanyakan konsep berdasar pada konsep sebelumnya. Jika konsep awal tidak dikuasai, dikemudian hari siswa akan kesulitan mempelajari lebih lanjut, seorang siswa yang tidak bisa pengurangan atau perkalian akan tidak mampu menguasai pembagian, seorang siswa yang tidak mampu memahami konsep pecahan akan tidak mampu memahami apa itu desimal, dan seterusnya. Dalam TAI, para siswa bekerja berdasarkan level mereka sendiri, jadi jika mereka kurang trampil dalam materi prasyarat mereka dapat membangun pondasi yang kuat sebelum melajutkan. Juga, jika para siswa dapat maju lebih cepat, mereka tidak perlu menunggu yang lain yang belum selesai.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
2.      Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3.      Curriculum materials yaitu materi yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang ada.
4.      Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan. Para siswa mengerjakan unit – unit mereka dalam kelompok mereka atau dengan kata lain siswa diberikan untuk mengerjakan soal secara individu terlebih dahulu kemudian setelah itu mendiskusikan hasilnya dengan kelompok masing – masing.
5.      Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6.      Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7.      Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8.      Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
(Slavin, 1995).
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.
1.      Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.
2.      Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3.      Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).
4.      Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams).
5.      Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan kelompoknya. (Mengadopsi komponen Team Study).
6.      Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
7.      Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test).
8.      Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).
9.      Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
Keuntungan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Keuntungan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut.
1.      Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah;
2.      Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok;
3.      Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketarmpilannya;
4.      Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam
menyelesaikan masalah.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut.
1.      Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan
menggantungkan pada siswa yang pandai;
2.      Tidak ada persaingan antar kelompok

Rabu, 12 Oktober 2011

Model Classroom Meeting

Menurut Glasser dalam Moejiono (1991/1992: 155) sekolah umumnya berhasil membina prilaku ilmiah, meskipun demikian adakalanya sekolah gagal membina kehangatan hubungan antar pribadi. Agar sekolah dapat membina kehangatan hubungan antar pribadi, maka dipersyaratkan; (a) guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalam, (b) guru dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak prilaku yang tidak bertanggung jawab, dan (c) siswa mau belajar cara-cara berprilaku yang lebih baik. Agar siswa dapat membina kehangatan hubungan antara pribadi, guru perlu menggunakan strategi mengajar yang khusus. Karakteristik salah satunya adalah untuk menghantarkan peserta didik agar memiliki kepribadian yang hangat, tegas dan santun. Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri, dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok. Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif. Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih berorientasi pada proses, menekankan pada proses tetapi juga menekankan pada penguasan materi, sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami dan dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari full

Model Constructivist Learning & Inquiry learning

Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-regulation). Dan akhirnya proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993:24, Driver & Leach, 1993:104). Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang model pembelajaran konstruktivisme adalah: 1) Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya. 2) Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on 3) Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konsep-tual 4) Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif 5) Mengutamakan terjadikan interaksi sosial Model Inquiry Learning Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah yaitu: 1) merumuskan masalah 2) merumuskan hipotesis 3) mendefinisikan istilah (konseptualisasi) 4) mengumpulkan data 5) penyajian dan analisis data 6) menguji hipotesis 7) memulai inkuiri baru. James Bank ( Suniti, 2001: 58) full

abstrak

STEM stands for science, technology, engineering and mathematics and is an approach to education that aims to integrate these four separ...