Rabu, 11 Juni 2008

PENELITIAN DALAM PERKEMBANGAN KOGNITIF

Penelitian dalam Perkembangan Kognitif

Suatu kajian karya Thomas P. Carpenter (University of Wisconsin – Madison)
dengan judul “Research in Cognitive Development”


1. Konsep-Konsep dalam Penelitian Perkembangan Kognitif
Ditegaskan bahwa penelitian dan teori perkembangan kognitif ditujukan untuk mendeskripsikan pertumbuhan konsep-konsep dasar anak sepanjang waktu dan menjelaskan proses-proses dimana konsep-konsep itu dibutuhkan dan dilakukan. Dimulai dari pendapat Reese dan Overton (1970) yang mengatakan bahwa ada dua konsep yang berbeda dalam perkembangan kognitif. Pertama, konsep yang didasarkan pada model organisme. Kedua, konsep yang berpedoman pada model mekanistik.

a. Konsep yang didasarkan pada model organisme
Konsep ini menggunakan analogi pada organisme dimana perkembangan pengetahuan manusia sama dengan perkembangan biologi (manusia sangat memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan keadaan disekitarnya). Dengan paradigma itu, konsep ini lebih diarahkan pada perkembangan kognitif yang kompleks. Dikatakan lebih kompleks karena menitikberatkan pada proses bagaimana anak dapat mengolah dan memanfaatkan input-input yang diterimanya selama mengalami perkembangan.
Untuk melakukan proses-proses tersebut, pada konsep ini dijelaskan bahwa individu akan lebih berpartisipasi aktif dalam mengembangkan pengetahuannya. Hal ini dapat terbentuk ketika individu tersebut telah dapat mengaplikasikannya dalam berbagai hal pada perjalanan pengalamannya dengan keadaan yang diterima dan dijalaninya melalui proses-proses yang dimaksud, karena pengalaman ini adalah salah satu hal yang sangat menentukan dalam terbentuknya perkembangan pengetahuan yang diinginkan. Artinya semakin banyak pengalaman yang dijalani dan yang dimiliki individu dalam berbagai persoalan ataupun terhadap obyek maka dengan sendirinya pengetahuan individu tersebut akan semakin berkembang dalam kaitannya dengan pemikiran tentang persoalan atau obyek yang ditemukan.
Konsep ini juga menjelaskan bahwa perkembangan dapat juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan suatu struktur organik yang terdapat pada tubuh manusia. Dengan semakin terbentuknya tingkat kematangan pada struktur organik atau pada jaringan tertentu dalam tubuh manusia ini, perkembangan individu akan semakin nampak dan jelas sehingga pengetahuan-pengetahuan baru akan dapat diserap dan disimpan menjadi lebih permanen. Misalnya, pada bayi yang baru lahir, bahwa ketika bayi itu lahir tidak dengan sendirinya semua anggota tubuhnya dapat berfungsi dengan baik, tetapi akan memerlukan jangka waktu tertentu untuk dapat mencapai pada fungsi yang dimaksud. Dalam hal ini salah satunya organ mata, mata pada bayi tidak dengan sendirinya langsung bisa melihat dengan jelas apa yang ada disekitarnya, tetapi selalu akan membutuhkan selang waktu tertentu baru dapat melihat dengan jelas.
Perkembangan juga merupakan hal yang dapat dilakukan manusia (individu) pada proses-proses yang saling berhubungan dan tidak dengan mudah dapat dipisahkan antara proses yang satu dengan proses yang lain. Karena karakteristiknya yang tidak dapat dipisahkan dalam proses-prosesnya, perkembangan pada konsep ini lebih berorientasi pada tujuan. Kembali ke persoalan mata pada bayi yang baru lahir, ketika mata tersebut dapat melihat dengan jelas apa yang ada disekitarnya, maka akan terlihat jelas perbedaan respon bayi terhadap sesuatu yang dilihatnya dibanding ketika bayi tersebut masih belum jelas melihat apa yang ada disekitarnya. Dapat katakan disini bahwa dari berbagai macam jenis dan bentuk proses-proses yang dilakukan hasil akhirnya adalah dapat melihat dengan jelas.
Namun, konsep ini masih memiliki kelemahan tersendiri terlebih seperti yang telah dijelaskan bahwa perkembangan kognitif senantiasa berorientasi pada tujuan. Kelemahannya terletak pada tidak adanya penekanan terhadap proses-proses yang terjadi dan dilakukan individu. Konsep ini menjelaskan bahwa apapun proses-proses tersebut semuanya akan tergambar pada hasil akhir dari perkembangan tersebut.
b. Konsep yang berpedoman pada model mekanik
Berbeda dengan konsep yang didasarkan pada organisme biologi, bahwa pada konsep ini perkembangan diasumsikan sebagai pengembangan dari teori behavior (sifat-sifat yang berdasarkan tingkah laku individu) dimana perkembangan merupakan satu kesatuan yang saling mengikat antara tingkah laku dengan proses-proses yang dilakukan. Sehingga konsep ini menitikberatkan pada bagaimana individu menghasilkan product dan bagaimana process yang jalani.
Berlangsungnya proses-proses tersebut, individu diharapkan lebih reaktif dari pada sekedar hanya aktif dalam memandang dan mengolah pengetahuan sebagai sebuah gambaran kenyataan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara individu tersebut lebih banyak melakukan latihan-latihan baik ketika menemukan pengalaman maupun setelah melalui perjalanan panjang dari berbagai jenis dan bentuk pengalaman selama perkembangan. Dengan semakin sering melakukan latihan-latihan, pengetahuan yang diperoleh individu tersebut akan semakin berkembang. Misalnya, seorang anak yang belum bisa berbicara dengan normal. Karena pengalaman dalam kesehariannya yang berinteraksi dengan orang yang bisa berbicara dan diikuti dengan latihan-latihannya mengucapkan setiap apa yang didengarnya maka secara berangsur-angsur anak tersebut akan mengalami perkembangan yaitu akan dapat berbicara dengan baik artinya anak tersebut dapat menyebutkan obyek dengan jelas meski belum semuanya dapat dilakukan atau disebutkan.
Perkembangan menurut konsep mekanik menjelaskan bahwa perkembangan dinilai sebagai suatu yang kontinu dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan pengalaman apa yang ditemukan dan dengan cara latihan-latihan apa saja yang dilakukan untuk mencapai perkembangan. Sehingga konsep ini dapat diasumsikan sebagai konsep yang lebih teliti daripada konsep sebelumnya karena masih memperhatikan proses-proses dalam hal ini latihan-latihan dan memperhitungkan pengalaman apa saja yang diperlukan dalam mencapai perkembangan yang lebih baik.
2. Paradigma dalam Penelitian Perkembangan Kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif seorang anak dapat terjadi dengan baik dalam kerangka yang lebih sistematis. Hal ini ditunjukkan melalui teorinya tentang perkembangan yaitu ada beberapa tahapan-tahapan yang dilewati seorang anak untuk mencapai tingkat perkembangan yang lebih terarah. Tahapan-tahapan tersebut adalah 1. tahap sensorimotor; 2. tahap praoperasi; 3. tahap operasi konkret; 4 tahap operasi formal.
Namun, tahapan-tahapan tersebut tidak selamanya akan berlaku pada tiap individu pada tiap populasi karena kultur dan karakter yang berbeda-beda. Untuk lebih mengarahkan pendapat Piaget kearah yang lebih konkrit, Mohwill (1973) memberikan garis besar pada suatu model untuk pengkajian tentang perkembangan. Ia menyediakan suatu skema atau bagan yang sangat berguna untuk memberikan karakter pada berbagai penelitian dalam perkembangan kognitif terutama dalam bidang pendidikan matematika. Adapun solusi yang ditawarkan tentang pembenaran teori Piaget, Mohwill mengidentifikasikan bahwa ada 5 (lima) tahapan dasar dalam penelitian perkembangan kognitif, yaitu :
a. Penemuan Dimensi-Dimensi Perkembangan
b. Studi Deskriptif tentang Perubahan
c. Studi Korelasi tentang Perubahan Usia
d. Studi tentang Penentu Perubahan Perkembangan
e. Studi tentang Perbedaan Individual dalam Perkembangan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan kognitif pada individu akan berjalan baik (sesuai dengan teori Piaget) ketika proses-proses yang dilakukan terstruktur dalam sebuah perjalanan pengalaman, berinteraksi dengan sekitarnya dan tercapainya kematangan dari individu tersebut. Dengan kata lain bahwa tiga hal yaitu kematangan, pengalaman dan interaksi sosial serta kolaborasi dari ketiganya akan menghasilkan suatu product yang lebih bernilai dan kuat pada tataran perkembangan kognitif.

Tidak ada komentar:

abstrak

STEM stands for science, technology, engineering and mathematics and is an approach to education that aims to integrate these four separ...