Minggu, 11 Januari 2009

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN MATEMATIKA

Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika yang sering dikeluhkan oleh para guru dan masyarakat adalah rendahnya hasil belajar siswa. Secara teoritis, hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai factor, baik fakor dari dalam maupun factor dari luar.

Menurut Suryabrata (1982:27) yang termasuk factor internal adalah factor fisiologis dan factor psikologis(misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk factor eksternal adalah factor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum dan model pembelajaran). Benyamin Bloom (1982:11) mengemukakan tiga factor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan terkait dengan model pembelajaran yang digunakan.
Studi Uhar Suharsaputra (2004) menyimpulkan banyak guru yang menguasai materi suatu subyek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi menurut Uhar, karena kegiatan belajar mengajar tidak didasarkan pada suatu model pembelajaran tertentu sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Diduga kuat, rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga terkait erat dengan persoalan metode ataupun model pembelajaran.
Pembelajaran terkait erat dengan dengan konsep belajar. Para ahli mendefinisikan belajar dalam pengertian yang bermacam-macam. Margaret E. Gradler mendefinisikan belajar sebagai “ the process by which humans acquire the range and variety of skills, knowledge, and attitude that set the spesies apart from others”. Sementara D, Sudjana mendefinisikan belajar , “suatu perubahan dalam disposisi atau kecakapan baru peserta didik karena adanya usaha yang dilakukan dengan sengaja dari pihak luar”.
Dari beberapa pengertian di atas meskipun menggunakan formulasi yang berbeda-beda namun sesungguhnya mempunyai esensi yang sama. Setidaknya terdapat empat hal yang menjadi unsure penyusun definisi belajar, yakni; 1). Adanya perubahan dalam perilaku, ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan kemampuan bereaksi. 2), perubahan yang terjadi bersifat relative tetap. 3). Perubahan tersebut bukan karena kematangan atau kondisi sesaat. 4). Perubahan terjadi akibat latihan yang diperkuat dan atau pengalaman.
Jika belajar merupakan proses perubahan, maka pembelajaran adalah proses kompleks yang tercakup didalamnya kegiatan belajar dan mengajar. Secara teknis, menurut Uhar pembelajaran merupakan terjemahan dari instructon yang sebelumnya dipadankan dengan istilah pengajaran. Tidak mengherankan jika dalam praktiknya seringkali terjadi penyamaan atau saling mengganti penggunaan konsep pengajaran dan pembelajaran. Pada hal keduanya berbeda secara konseptual.
Menurut Nana Sudjana pengajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar yang merupakan interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yakni kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya (Nana Sudjana: 1996). Bila diperhatikan, pengertian pengajaran tersebut menunjukkan titik berat pada peran guru sebagai pengajar dengan segala kewenangannya serta menempatkan pembelajar/ peserta didik sebagai pihak yang bersifat pasif dan hanya bersifat menerima. Pendekatan semacam ini disebut pendidikan yang berpusat pada guru (teacher centered education) yang awalnya berkembang di eropa ketika guru/ pengajar menjadi satu-satunya sumber belajar. Belakangan dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, guru mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas di bidang pendidikan terutama ditingkat dasar dan menengah. Guru dituntut untuk bisa menciptakan situasi siswa mau belajar . dengan motivasi, arahan dan bimbingan guru, siswa yang sebelumnya malas belajar dapat berubah menjadi siswa yang aktif dalam belajar. Ada beberapa hal yang harus dikuasai oelh seorang guru adalah sebagai berikut:
A. Proses Pembelajaran
Proses belajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsure saling member dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur;
1. Tujuan yang hendak dicapai
2. Siswa, guru dan sumber belajar lainnya
3. Bahan atau materi pelajaran
4. Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar.
Hakekat belajar adalah suatu proses perubahan sikap, tingkah laku, dan nilai setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar ini selain selain guru dapat berupa buku, lingkungan, teknologi informasi dan komunikasi atau sesama pembelajar (sesama siswa). Sedangkan istilah mengajar dalam pengertian di atas adalah kegiatan dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian belajar tidak harus merupakan proses transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses itu merupakan proses pembelajaran. Tugas guru adalah menciptakan situasi siswa belajar. Berbagai pandangan tentang bagaimana belajar harus terjadi telah dilontarkan para ahli.
Menyangkut belajar aktif Piaget tidak menunjuk hanya pada aksi luar yang ditunjukkan siswa. Ia mencontohkan yang digunakan oleh Socrates yaitu dengan metode socratik (utamanya Tanya jawab) untuk mengkondisikan siswa dalam situasi aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Tugas guru adalah mengungkap apa yang telah dimiliki siswa dan dengan penalarannya dapat bertanya secara tepat pada saat yang tepat pula sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya melalui penalaran berdasar pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Bahkan jawaban benar bukan merupakan tujuan utama. Yang utama ialah bagaimana siswa dapat memperkuat penalaran dan meyakini kebenaran proses berpikirnya yang tentunya akan membawa kejawaban yang benar. Hal ini selaras dengan : “penilaian yang berprinsip menyeluruh”, yaitu penilaian yang mencakup proses dan hasil belajar, yang secara bertahap menggambarkan perubahan tingkah laku.
Menurut As’ari (2000) perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan seharusnya adalah sebagai berikut:
1. Pemberian informasi, perintah dan pertanyaan oleh guru mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan 30 % selebihnya berasal dari siswa.
2. Siswa mencari informasi, mencari dan memilih serta menggunakan sumber informasi.
3. Siswa mengambil insiatif lebih banyak
4. Siswa mengajukan pertanyaan
5. Siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
6. Ada penilaian diri dan ada penilaian sejawat.
Dengan demikian pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika proses belajar yang dialami siswa dan proses mengajar yang dialami oleh guru adalah efektif.
Dalam penilaian, efektifitas proses belajar mengajar haruslah ditinjau keefektifan komponen yang berpengaruh dalam pembelajaran. Misalnya siswa termotivasi untuk belajar, materinya menarik, tujuannya jelas, dan hasilnya dapat dirasakan mannfaatnya. Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang optimal perlu didukung oleh kerangka umum kegiatan belajar yang mendukung berlangsungnya proses belajar, yang dikenal sebagai struktur pengajaran matematika. Struktur pengajaran ini memuat 1). Pendahuluan, 2). Pengembangan, 3). Penerapan dan, 4). Penutup. Kesiapan siswa dalam belajar disiapkan guru selama tahap pendahuluan, baik dengan memberikan motivasi, maupun revisi atas kemungkinan bahan yang telah mereka pelajari namun ada miskonsepsi sebagai apersepsi bagi konsep atau prinsip baru yang akan dipelajaridalam tahap kedua. Tahap pengembangan merupakan tahap utama dalam hal siswa belajar materi baru. Sesuai prinsip belajar aktif, maka tahap ini perlu dikembangkan melalui optimalisasi proses pembelajaran, misalnya dengan teknik bertanya, penggunaan lembar kerja, diskusi dan lain sebagainya. Tahap ketiga, penerapan hal-hal yang dipelajari pada tahap kedua, tahap pelatihan serta penggunaan dan pengembangan penalaran lebih lanjut. Tahap terakhir dapat berisi pemantapan: merangkum berbagai hal yang telah dipelajari pada tatap muka yang baru berlangsung dan penugasan. Pada kegiatan merangkum pun untuk lebih membelajarkan siswa, guru dapat mengembangkan teknik bertanya.
B. Penyajian materi pelajaran
1. Pembelajaran secara klasikal
Pembelajaran klasikal cenderung digunakan oleh guru apabila dalam proses belajarnya lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa. Alternative metodenya cenderung dengan metode ceramah dan Tanya jawab bervariasi atau metode lain yang memungkinkan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
Metode Tanya jawab dan metode ceramah dalam pembelajaran klasikal sulit dipisahkan. Melalui metode Tanya jawab memungkinkan adanya aktifitas proses mental siswa untuk melihat adanya keterhubungan yang terdapat dalam materi pelajaran.
Pembelajaran klasikal akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi pelajarannya akan seragam diserap oleh siswa. Baik urutan maupun ruang lingkupnya.
Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat informative atau fakta. Terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam proses belajarnya, siswa lebih banyak mendengarkan atau bertanya tentang materi pelajaran tersebut. Secara proses pembelajaran klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak (mendengarkan) dan membentuk kemampuan dalam bertanya.
Motivasi dan membangkitkan perhatian siswa sangat penting dalam pembelajaran klasikal. Karena pembelajaran klasikal ini akan berhasil apabila ada keterkaitan antara stimulus dan respon dalam proses belajar mengajar. Tanya jawab memunkinkan adanya interaksi dan komunikasi edukatif. Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan Tanya jawab diantaranya siswa terlebih dahulu harus sudah mengetahui informasi dasar melalui membaca atau mendengarkan tentang materi yang akan dibahas. Dalam proses Tanya jawab guru harus dapat mengarahkan jawaban yang kurang tepat menjadi jawaban yang benar. Cara dan sikap yang baik dari guru akan memabangkitkan motivasi dan percaya diri siswa dalam bertanya maupun menjawab.
2. Pembelajaran secara kelompok
Pembelajaran secara kelompok merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya siswa dikelompokkan pada beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Belajar kelompok terutama ditujukan untuk mengembangkan konsep pokok/ sub pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktifitas social siswa, sikap dan nilai.
Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA). Misalnya dengan kegiatan diskusi, penelitian sederhana (observasi), pemecahan masalah serta metode lain yang memungkinkkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi dalam belajar secara berkelompok.
Kesempatan siswa untuk membina rasa tanggung jawab, rasa toleransi, peluangnya lebih besar akan dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar kelompok. Dengan belajar kelompok lebih jauh siswa akan memahami aspek materi pelajaran yang bersifat problematic berdasarkan pokok bahasan maupun berdasarkan aspek social nyata. Secara langsung siswa akan belajar memberikan alternative pemecahannya melalui kesepakatan kelompok.
Dalam pembelajaran kelompok perlu diperhatikan tentang alokasi waktu dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Seringkali pembelajaran kelompok menggunakan waktu yang melebihi dari waktu yang dialokasikan. Untuk iu kegiatan bimbingan dari guru sangat diperlukan
3. Pembelajaran secara perorangan
Pembelajaran perorangan dapat membantu proses belajar mengajar yang mengarah pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut, diantaranya guru perlu memiliki kemampuan yang berkenaan dengan:
- Mengkaji hasil prestasi belajar siswa
- Merencanakan, melaksanakan, serta menilai program perbaikan dan pengayaan hasil belajar siswa
- Melaksanakan kegiatan belajar dalam latihan secara perorangan.
Kemampuan tersebut dalam pelaksanaannya perlu dilandasi dengan perhatian, bimbingan, dan motivasi dari guru.
Kegiatan belajar perseorangan ditujukan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan perlu diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman sekelasnya. Program pengayaan dapat dilaksanakan oleh setiap sekolah yang programnya disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan kegiatan perbaikan (remedial) dilaksanakan untuk membantu siswa yang kurang berhasil atau yang prestasinya dibawah rata-rata teman sekelasnya. Juga program perbaikan disediakan untuk siswa yang ketinggalan pelajarannya karena tidak masuk (alpa) pada saat proses belajar menagajar tersebut berlangsung. Jadi pembelajaran perseorangan pada dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas.
Contoh pembelajaran perseorangan diantaranya adalah dengan menggunakan paket pengajaran modul, baik dalam bentuk cetakan maupun CD interaktif. Dengan modul ini siswa belajar secara perseorangan, sehingga memungkinkan sekali siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan masing-masing, tidak harus menunggu atau mengejar-ngejar siswa lain seperti halnya pada pembelajaran klasikal.
C. Prosedur Kegiatan Pembelajaran
Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran
Pertama
1. Menciptakan kondisi awal pembelajaran
2. Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal siswa, misalnya setiap siswa diminta mengerjakan soal yang dibuat oleh guru tentang materi sebelumnyadalam waktu 5- 10 menit. Selanjutnya dengan bimbingan guru, hasil pekerjaan siswa ditukar dengan temannya untuk dikoreksi dan di nilai. Kemudian baik secara acak atau secara keseluruhan berdasarkan urut daftar nama siswa, guru meminta siswa untuk menyebutkan hasil penyekorannya. Jika dari skor-skor yang disebutkan siswa tidak memenuhi ketuntasan belajar maka perlu diadakan perbaikan secara klasikal.
Kedua
1. Guru menyampaikan tujuan/ topic pembelajaran pada siswa
2. Guru menyajikan bahan pelajaran dengan ceramah dan Tanya jawab bervariasi tentang konsep pokok/sub pokok materi yang akan dipelajari
Ketiga
1. Guru mengelompokkan siswa dan memberikan penjelasan pada siswa tentang tahapan belajar/ diskusi.
2. Siswa merumuskan, mengidentifikasi, menganalisis masalah serta melakukan diskusi dalam kelompoknya untuk mendapatkan pemecahan masalah.
3. Hasil diskusi pada kelompok kecil dipresentasikan pada seluruh kelompok dan didiskusikannya dalam kelasnya dengan bimbingan langsung dari guru.
4. Menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan rumusan masalah.
Keempat :
Pemantapan dan pemberian tugas secara perorangan baik melalui modul atau yang lainnya.
D. Daftar Pustaka
As’ari A.R., 2000, Peningkatan mutu pendidikan Matematika. Makalah disajikan pada seminar nasional Peningkatan kualitas pendidikan Matematika pada Pendidikan Dasar, Malang: UM Malang.

Bloom, Benjamin S. 1982. Human Characterictics and School Learning. New York: McGraw-Hill Book Company.

Suryabrata, Sumadi 1982. Psikologi pendidikan: Materi Pendidikan program bimbingan konseling diperguruan tinggi. Yogyakarta: Depdikbud.

Suharsaputra, Uhar. 2004. Pengembangan dan penggunaan Model Pembelajaran Arias dalam meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Makalah.

Krismanto, Al, 2000, Penilaian Bahan Penataran. PPPG Matematika Yogyakarta.

Winataputra, H. Udin S., 1997, Strtegi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka.

6 komentar:

Iwan Sumantri mengatakan...

Yang Paling penting, pokok dan mendasar adalah Tingkatkan dulu Kulaitas Sutradara dan aktor Pendidikan yaitu GURU!

syarifuddin (Awon) mengatakan...

thank pak atas komentarnya, salam kenal pak ya....

meadh mengatakan...

maaf pak...tulisan ini murni tulisan bapak atau ini bapak dapat dari artikel? krn saya menemukan tulisan lain yang mirip...
thanks before...

Kamto al Raasyid mengatakan...

saya mahasiswa unesa surabaya yang sedang mengerjakan skripsi. saya butuh makalah berikut ini: "Suharsaputra, Uhar. 2004. Pengembangan dan penggunaan Model Pembelajaran Arias dalam meningkatkan Kualitas Pembelajaran."
kalau boleh minta mohon dikirim ke sini:
cakkamto@gmail.com
terimakasih atas bantuannya

erny mengatakan...

saya mahasiswa UIN Bandung yang sedang menenyusun skripsi.saya membutuhkan data mengenai model pembelajaran arias...saya menginginkan data dari makalah: Suharsaputra, uhar. 2004.Pengembangan dan penggunaan model pembelajaran arias dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
mohon untuk dikirimkan ke: ernyfitriany_881@yahoo.co.id
secepatnya...
terima kasih.

Jasa Sertifikasi ISO mengatakan...

Bagaimana Menciptakan Lembaga Pendidikan yang Baik dan Bermutu?

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka langkah pertama yang harus dilakukan seorang kepala sekolah / pengelola lembaga pendidikan yaitu senantiasa memperhatikan dan mengidentifikasi keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang terkait antara lain :
1. Pemerintah
Keinginan pemerintah yaitu kepatuhan seorang pengelola lembaga pendidikan terhadap semua peraturan-peraturan yang berlaku.
2. Siswa dan orang tua
Keinginannya mendapat pelayanan yang baik dengan hasil tamatan yang berkualitas, berbudi luhur, terampil dan bertanggung jawab.
3. Komunitas
Memerlukan lingkungan kerja yang sejuk, nyaman dan kondusif untuk pengembangan diri.
4. Guru dan karyawan
Membutuhkan kesejahteraan yang baik, jaminan kesehatan dan keselamatan.
5. Investor
Mengharapkan reputasi yang baik.
6. Institusi lain
Membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai.
Baca selengkapnya >>

abstrak

STEM stands for science, technology, engineering and mathematics and is an approach to education that aims to integrate these four separ...