Selasa, 20 April 2010

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG KREATIF DAN MENYENANGKAN PADA PENDIDIKAN KELAS AWAL SD

A. Pendahuluan
Anak dari berbagai usia berfikir sesuai dengan tingkat usianya. Matematika adalah subjek ideal yang mampu mengembangkan proses berfikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah, pendidikan lajutan dan bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal ini diberikan untuk mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari baik itu mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah kehidupan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.

Khusus untuk anak-anak atau siswa pendidikan kelas awal atau pendidikan dasar (SD), matematika sangat berguna sekali bagi mereka untuk mengembangkan proses berfikir mereka mulai dari hal-hal yang sederhana samapi kepada hal-hal yang rumit.
Tahapan dimana anak-anak atau siswa Sekolah Dasar sudah bisa mempraktekkan matematika dalam kehidupan sehari-hari tentulah ditunjang oleh berbagai cara serta metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas awal awa SD yang cenderung bermain sambil belajar.
Kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi dan informatika, telah memudahkan siswa dalam menggunakan TI tersebut untuk keperluan membantu siswa untuk menyelesaikan berbagai masalah perhitungan dan cara-cara baru yang diperkenalkan. Dan hampir setiap tingkat terjadi perubahan yang signifikan yang mengharuskan anak-anak perlu pengembangan keahlian baru.
Tidak bisa dipungkiri, siapapun akan bangga jika punya anak pintar matematika atau paling tidak nilai matematikanya selalu bagus. Sehingga orang tuapun tidak segan-segan untuk memberikan atau mengikutkan anak-anak mereka les tambahan untuk mata pelajaran matematika dengan harapan anak-anak mereka mendapatkan nilai yang bagus.
Pada hal nilai bagus yang didapatkan oleh anak-anak mereka dalam berhitung saja tidak cukup kalau tidak bisa menganalisis atau merubah dari soal cerita ke bahasa matematika dan mengembalikan lagi ke dalam soal cerita atau kalau tidak bisa menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Problem Solving).
Mengacu kepada permasalahan di atas, maka tidak jarang anak-anak yang bagus nilainya di kelas awal akan mengalami kesulitan atau turun nilainya pada tahap kelas tinggi, menengah, atas dan kuliah, serta yang lebih mengkhawatirkan pada tingkat lingkungan masyarakat ataupun kehidupan yang dilaluinya. Dengan kata lain mereka akan mengalami hambatan di dalam kehidupan social.
Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan bukan hanya sekedar bisa berhitung atau masukin rumus saja tetapi mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar matematika.
Belajar matematika juga membutuhkan kemampuan bahasa, untuk bisa mengerti soal-soal atau mengerti logika, juga imajinasi dan kreativitas. Dan sekiranya dipergunakan dalam lingkungan sekolah , yaitu antara guru dan siswa maka kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup sehari-hari dan dibuat semenarik mungkin.
Pada kenyataannya diperkirakan banyak dari siswa pendidikan sekolah dasar atau kelas awal SD masih mementingkan ”Mahir dalam perkerjaan penghitungan dan masukin rumus saja”. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kesalahan siapakah?
Untuk mengungkap hal ini akan dilakukan pembahasan mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas dan akan diberikan beberapa solusi ataupun saran untuk menghindari pembelajaran matematika yang kurang mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Pembahasan
1. Peranan dan Kemampuan Guru
Menurut Turney dalam E. Mulyasa (2007:69) untuk menciptakan pembelajaran yang kratif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Ada delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil atau perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus untuh dan terintegrasi.
Pada segi lain seorang guru harus mempunyai pendekatan dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memilih metode-metode pembelajaran yang efektif serta berusaha memberikan variasi dalam metode pembelajaran agar tidak kelihatan atau menyebabkan siswa atau peserta didik jenuh. Jika hal ini diterapkan, maka dituntut sekali inisiatif guru untuk melakukan variasi dan krativitas guru.
Guru merupakan seorang figur yang menjadi tauladan dan pedoman bagi siswa dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Guru merupakan nara sumber yang akan memberikan dan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman dan penyelesaian mata pelajaran matematika. Tetapi hal tersebut kemungkinan besar tidak sampai pada tahap yang diharapkan.
Pada teori ataupun pendekatan konstruktivis siswa lebih dominan dalam menentukan atau menemukan sendiri pemahaman tentang konsep pembelajaran itu sendiri. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran matematika. Mereka bisa mengerjakan dan menyelesaikan serta memecahkan sendiri persoalan matematika, baik yang berupa perhitungan ataupun persoalan yang terjadi sehari-hari. Kegiatan ini tidak akan ada artinya tanpa peranan dan kemampuan guru untuk mengarahkan dan melakukan pendekatan-pendekatan konstrukstivis dalam membelajarkan siswa.
Pada pendekatan kontekstual (CTL: contextual teaching and learning)juga dinyatakan bahwa CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan kepada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata. E. Mulyasa (2007:102). Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan tersebut sangat jelas bahwa guru dituntut untuk lebih mengenalkan siswa pada kehidupan nyata mereka. Jika kita masukkan ke dalam pembelajaran matematika kepas awal SD, maka segala macam bentuk persoalan yang akan diberikan kepada siswa harus menggambarkan persoalan yang ditemui sehari-hari atau dengan kata lain yang berdekatan dengan pengalaman empiris peserta didik di lapangan. Jadi dengan adanya kegiatan pembelajaran yang mengaitkan langsung dengan kehidupan nyata peserta didik akan dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik itu sendiri.

2. Peranan Orang Tua
Dalam menyingkapi perkembangan dan kreativitas peserta didik dan permasalahan yang terjadi di lapangan terhadap mata pelajaran matematika, maka orang tua mempunyai peranan yang tak kalah penting jika dibandingkan dengan guru. Hal yang dikhawatirkan akan melemahkan peserta didik dalam memahami persoalan-persoalan matematika maupun pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi tugas dari orang tua.
Orang tua juga merupakan panutan bagi peserta didik dalam membantu mereka memecahkan persoalan-persoalan mereka sehari-hari. Jadi sudah seharusnya sebagai orang tua memantau dan menjajaki perkembangan anak dalam hal penguasaan materi pelajaran di sekolah terutama pelajaran matematika. Dengan menyediakan waktu bersama anak dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang sudah dipelajari anak di bangku sekolah dan memberikan pengertian terhadap matematika baik itu dalam mengerjakan hitungan dan rumus yang dipakai serta memberikan pemahaman atau perbandingan dengan kehidupan sehari-hari yang disukai anak.
Dorongan dan motivasi kepada anak sangat diperlukan untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada mereka untuk mengetahui dan memahami persoalan matematika yang diberikan dan anak-anak akan mampu untuk mengerjakan dan sekaligus memahami persoalan tersebut dan berusaha mencari pemecahannya sendiri
Pada permasalahan penghitungan bisa dikatakan bahwa siswa dapat menguasainya bahkan untuk penghitungan besar sekalipun, karena disamping mendapat pengajaran dan didikan dari guru para orang tua murid memberikan tambahan pendidikan di luar sekolah seperti halnya les matematika.
3. Masalah yang Muncul
Melihat gejala yang ada di masyarakat dan permasalahan yang ditemui di lapangan dapat dikatakan bahwa pendidik selaku orang yang menjadi tauladan ataupun pedoman bagi siswa yang akan memberikan semua solusi pemecahan masalah (problem solving) baik itu dalam hal penghitungan matematika maupun pemecahan masalah yang nantinya akan di hadapi siswa di luar lingkungan sekolah seperti lingkungan masyarakat Cuma harapan semata. Hal yang banyak ditemui di lapangan adalah “Siswa hanya mahir dalam hal hitungan dan tidak bisa menerapkan ilmunya pada kehidupan sehari-hari dan hanya dipaksakan untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan rumus yang mereka dapatkan”.
Jika hal tersebut di atas terus berlangsung, maka siswa pada tahapan beberapa tahun nanti akan menjadi lemah dalam menjalani kehidupannya sehari-hari yang terus berhubungan dengan persoalan-persoalan kehidupan yang harus dicari pemecahannya secara sempurna dan menuntut adanya logika dan kreativitas siswa itu sendiri. Dan hal yang paling mengkawatirkan adalah mereka akan menjadi orang yang hanya menjalankan apa yang ada, bukan menciptakan ataupun berinisiatif untuk menciptakan hal-hal baru.
Prof.Dr.Maman A Djauhari Guru Besar ITB mengemukakan: “Lemahnya pendidikan matematika di Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang ilmu matematika. Dampaknya siswa pandai mengerjakan soal, tetapi tidak bisa memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai persoalan hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya”. Akibat dari semua itu anak-anak atau siswa tidak mampu memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap soal dalam matematika. Pada hal kita tahu bahwa matematika adalah interpretasi manusia terhadap fenomena alam. Hal ini berhubungan erat dengan langkah-langkah yang dilakukan para guru ataupun pendidik dalam membelajarkan matematika kepada siswa supaya menjelaskan atau melengkapi dengan berbagai penjelasan dan latar belakang terhadap sebuah rumus yang telah diyakini itu sebagai sebuah pengetahuan filsafat.
4. Usaha yang Dapat Dilakukan
Untuk membantu siswa dalam memahami dan memperkuat kemampuan berpikir secara matematis dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat serta kehidupan sehari-hari diantaranya mengembangkan konsep peserta didik sebagai dasar kemampuan dalam pengembangan dan penemuan konsep-konsep lain yang lebih rumit, menurut Linda Jensen dan Douglas E Comicshank (1996: ) mengemukakan ada empat proses berfikir yaitu Observing and infering: memotivasi anak untuk menjelaskan objek, baik secara lisan, secara tulisan maupun gambar, Comparing: meminta anak untuk mencatat kemiripan dan perbedaan, Classifying: meminta anak untuk menilai suatu objek berdasarkan satu atribut atau lebih, Sequensing: meminta anak mengurutkan unsur-unsur dalam himpunan berdasarkan satu karakteristik atau lebih yang diberikan.
Keahlian anak harus dievaluasi dan diidentifikasi dengan terus memperhatikan tingkat perkembangan kemampuan anak-anak. Gaya belajar anak juga harus diperhatikan ketika hendak merencanakan sebuah pembelajaran.
Pada bagian lain juga dikemukakan beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam membelajarkan matematika kepada siswa, antara lain:
1.Beri inspirasi
Beberapa anak-anak atau siswa tidak menyukai matematika karena tidak tahu intinya. Tidak seperti membaca atau menggambar, symbol matematika dan bilangan seperti tidak punya arti. Tunjukkan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari atau di dunia nyata. Ceritakan penemuan-penemuan penting mulai dari piramida di Mesir, sampai ke Mars, tidak ada yang bisa dicapai tanpa metematika, dan matematikawan.
2. Beri contoh nyata
Ajak anak-anak atau siswa dalam matematika nyata lepas dari sekolah. Temukan sesuatu yang menarik bagi anak dan hubungkan dengan matematika. Misalnya, jika mereka suka basket/sepak bola, selama pertandingan, Tanya amereka berapa point tim yang kalah harus dapatkan untuk memenangkan pertandingan. Dan berapa banyak pertandingan yang mereka butuhkan untuk menang sampai mereka dapat point cukup untuk memenangkan liga? Jika mereka suka membantu di rumah, ajak mereka mengukur kayu yang harus dipotong, atau menimbang bahan untuk kue. Di took ajak mereka menghitung total harga atau tanyakan berapa kembalian uangnya.
3. Tahap demi tahap
Sukses dalam matematika, seperti juga dalam hidup adalah membagi proyek besar dalam proyek-proyek kecil yang lebih mudah. Tunjukkan keuntungan mengerjakan satu soal dengan membaginya dalam tahap-tahap kecil yang membuat jauh lebih mudah.
4. Dorongan krativitas
Anak-anak atau siswa mungkin merasa “stuck” da;am suatu topic karena mereka hanya melihat dari satu sisi. Mungkin mereka butuh melihat dari sisi lain yang berbeda. Tunjukkan keindahan sudut pandang yang berbeda. Bantu mereka melihat situasi dari perspektif orang lain. Beri mereka kebiasaan untuk eksploring berbagai cara untuk memcahkan masalah. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti membereskan kamar bisa punya berbagai solusi.
5. Berpikir positif
Haruskah pernyataan negative seperti, “matematika itu susah” (bahkan jika anda merasa itu susah). Jelaskan bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerjakan matematika dan memecahkan soal-soal matematika tidak berbeda dengan memecahkan masalah-masalah lain . Di atas semua itu, berikan kepercayaan diri kepada anak. Ajarkan bahwa selalu ada solusi untuk semua problem. Kita akan berlaku lebih baik kalau kita menyukai yang kita kerjakan, dan membuat anak tertarik pada matematika.
6. Memberikan asessmen, reward dan refleksi dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Peserta didik merupakan manusia biasa yang dalam tahap perkembangannya memerlukan sebuah pengakuan diri, penguatan dan penghargaan terhadap apa yang mereka lakukan. Dengan adanya tindakan guru yang memberikan asessmen dan reward, maka mereka merasa senang dan berusaha untuk memperhatikan apa yang diberikan guru kepada mereka. Dari proses tersebut mereka akan merespon dan melakukan inisiatif untuk menciptakan pembelajan yang kreativ. Hal ini merupakan suatu jalan mulus bagi guru untuk terus masuk kepada materi-materi pelajaran sekalipun itu agak sukar bagi mereka untuk mengerjakannya. Tetapi mengarahkan dan memandu dalam mengemukakan apa yang telah mereka pelajari dari awal sampai akhir materi pelajaran lebih penting lagi. Sehingga mereka dapat mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari hari ini.

C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
•Proses berfikir anak perlu dikembangkan terutama dikelas matematika, karena hal ini penting.
•Anak perlu diberi dasar kemampuan mengobservasi, membandingkan, mengelompokkan, dan mengurutkan benda.
•Program komputer untuk pengembangan konsep juga sangat berguna dalam mengembangkan kemampuan matematis.
•Kemampuan anak harus dievaluasi dan diidentifikasi dengan terus memperhatikan tingkat perkembangannya. Gaya belajar anak juga harus diperhatikan ketika hendak merencanakan sebuah pembelajaran.

2. Saran

•Diharapkan dengan adanya pembahasan dalam makalah ini supaya guru-guru khususnya pada guru bidang studi matematika menyadari dan dapat mengambil suatu tindakan ataupun menjadikan sebagai acuan dalam membelajarkan matematika di kelas awal SD.
•Diharapkan guru-guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan pemahaman tentang konsep siswa terhadap matematika.
•Diharapkan dengan pembahasan ini dapat menjadi sebagai salah satu upaya dalam pemecahan masalah pembelajaran matematika yang didasarkan pada filsafat dan pemahaman siswa terhadap proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
•Diharapkan kepada orang tua agar dapat membantu dalam membelajarkan matematika siswa dengan menerapkan pola fikir matematis dalam kehidupan sehari-hari.
•Diharapkan kepada guru-guru untuk menerapkan beberapa pendekatan dalam pembelajaran agar peserta didik dapat dengan mudah memahami dan mengerti tentang materi pelajaran yang diajarkan.
•Untuk mendapatkan kesusksesan dalam pembelajaran, maka diharapkan kepada guru-guru untuk melakukan variasi dari setiap metode, strategi ataupun pendekatan yang dilakukan dam proses pembelajaran dan membelajarkan peserta didik.
• Diharapkan kepada guru-guru lewat bahasan ini dapat menciptakan pembelajaran matematika yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik khususnya kelas awal SD.
KEPUSTAKAAN

E. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. Rosda Karya

Jati Utomo Dwi Hatmoko. Tanpa Filsafat, Pendidikan Matematika Jadi Lemah. http://www.suara pembaruan.com/News/2007/01/12/index.html

La Maman. 2005. Bejar Matematika. Alamsyah. NET

Jensen, Linda and Douglas E. Comicshank.1996. Teaching and Learning: Elementary and Middle School Mathematics. Third Edition. Terjemahan oleh Desyandri dkk. New Jersey. Merril an inprint of Prentice Hall.

Oleh : Desyandri

7 komentar:

Mas Sunar mengatakan...

Salam Pak Syariefi, berbagi ilmunya ya, moga makin berjaya

Dunia Pendidikan mengatakan...

Maju terus pendidikan Indonesia !
Jangan pernah mau diremehkan oleh tetangga kita, bukan begitu bukan ?

Unknown mengatakan...

maaf pak, penulis makalah di atas itu Desyandiri ya? Ada bagian yang ingin saya kutip,
terima kasih

Maswins mengatakan...

Artikelnya Berguna sekaleee...
Apakah pada tau apa guna kita belajar matematika??
ini dia yang dilakukan oleh para ahli dengan matematika
http://www.maswins.com/2011/08/apa-yang-lakukan-para-ahli-dengan.html

syarifuddin (Awon) mengatakan...

makasih semua atas komentnya....! aminn... semoga tetap jaya pak...!

SD Negeri Kalang Anyar 1 Labuan mengatakan...

Ijin Kopi pak

mudah2an ada manfaatnya
terima kasih

Unknown mengatakan...

ijin kutip ya...

abstrak

STEM stands for science, technology, engineering and mathematics and is an approach to education that aims to integrate these four separ...